Laman

Kamis, 09 Februari 2012

02 - Pengantar


            Saya tertawa sendiri ketika menuliskan identitas saya dalam tulisan ini. Sebenarnyalah saya hanya seorang pemulung yang sedang memunguti apa yang tercecer dan Anda tinggalkan. Begitulah, saya pernah memposisikan diri sebagai seorang kakek yang menghibur cucunya yang sedang resah. Di waktu lain saya menjadi (semacam) kiyai, menjadi kawan, bahkan juga menjadi lawan. Mengapa begitu? Karena saya ingin mengisi kekosongan di lingkungan kita. Karena tak ada orang yang mengisi posisi itu. Karena kita sibuk berebut tulang. Ya, sekarang saya memposisikan diri menjadi pemerhati dan teoritikus character building. Sekali lagi, ini saya lakukan karena tak ada orang yang mengisi posisi itu. Juga – sekali lagi – karena kita sibuk berebut tulang.
Dengan ukuran apa pun, sebenarnya tak ada kapasitas saya untuk menjelaskan bagaimana memikirkan pikiran, menguraikan mengenai pikiran manusia, perihal yang pelik ini. Saya katakan pelik, karena saya yakin sangat sedikit di lingkungan kita, bahkan mungkin tak ada orang yang mencoba meluangkan waktu untuk merenungkan dirinya sendiri, di antaranya memikirkan pikirannya sendiri. Kita lebih sibuk dengan faktor-faktor eksternal. Oleh karena itu saya tidak yakin, mampukah saya menjelaskan perihal pikiran itu dengan benar. Atau  dapatkah Anda menangkap maksud saya itu nanti. Jangan-jangan saya membuat masalah yang sudah jelas, justru menjadi tidak jelas. Maka saya akan merasa sudah cukup senang sekiranya paper ini menjadi bahan renungan kita bersama pada pasca seminar. Sebab tidak mungkin kita berharap terlalu banyak dari forum seminar yang singkat ini, sampai diperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang pikiran.
Beberapa hal perlu saya kemukakan sebelum Anda menyimak paper ini:
1. Tulisan ini tidak tersusun secara terstruktur. Bukan apa-apa, karena saya tidak mampu membuat tulisan yang terstruktur. Tetapi saya justru melihat hikmah dari ketidak-terstrukturan tulisan ini, yaitu tak ada jalan bagi Anda untuk menyalurkan “penyakit” manghafal yang sangat saya benci itu
2. Gaya bahasa yang saya gunakan adalah gaya bahasa pasaran, bahasanya orang awam. Hanya dengan modal ketulusan dan keseriusan saja yang membuat tulisan ini tersusun, meskipun tidak mempunyai kadar ilmiah seujung kuku pun
3. Anda tidak akan bisa mengidentifikasi, apakah tulisan ini tentang pengetahuan umum ataukah tentang agama. Bagi saya, ilmu umum (U) dan ilmu agama (A) itu satu hal, yaitu ilmu Addien (D). Diungkapkan dengan persamaan kimia menjadi = U + A <==> D. Perhatikan tanda panah bolak-balik)
4. Tulisan ini tidak dilengkapi dengan daftar pustaka, bukan karena isinya sepenuhnya hasil pemikiran saya, melainkan karena saya ingin memperkaya pustaka, dan bukan pustaka yang memperkaya saya
5. Beberapa hal pokok yang saya anggap penting, memang sengaja saya ulang-ulang pada berbagai bagian tulisan ini. Hal itu saya lakukan semata-mata sebagai upaya saya untuk menjelaskan sesuatu dengan berbagai cara, agar Anda tidak salah mengerti. Semoha saja tidak membosankan.

Bagi Anda yang tidak punya waktu banyak membaca tulisan ini sampai tuntas, baiklah saya sampaikan pesan sentral dari tulisan ini, yaitu: kembalilah kepada agama Anda secara menyeluruh (kaffah). Tidak peduli apakah agama Anda itu atheisme, materialisme, rasionalisme, atau apa pun juga. Tidak penting apakah tuhan Anda itu nafsu, syetan gundul, demit gentayangan, iblis, atau tuhan bikinan pikiran Anda sendiri, ataukah Tuhan yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada Muhammad SAW. Selagi Anda kaffah, Anda akan memperoleh apa yang Anda idamkan. Maha Suci Dia, betapa Dia tidak pilih kasih[1], bahkan orang yang durhaka sekali pun akan dikabulkan keinginannya, karena “Agama-Ku ini untuk seluruh umat manusia”, firman-Nya. Kalau tidak demikian, kalau kita tidak kaffah, selamanya kita akan tetap pandai tetapi bodoh sekaligus, sholat tetapi korup, pekerja dan pemalas sekaligus, murah senyum tetapi jahat, sedikit karya banyak tuntutan. Begitu seterusnya!.

Pada galibnya, acara seminar seperti ini, orang diajak untuk memikirkan pemikiran orang lain. Tetapi sekarang saya datang mengajak Anda untuk memikirkan pikiran itu sendiri. Selamat berpikir!
–––––––––



[1] Dia Yang Maha Kasih tidak pernah pilih kasih seperti kita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar