Saya tertawa sendiri ketika menuliskan identitas saya
dalam tulisan ini. Sebenarnyalah saya hanya seorang pemulung yang sedang
memunguti apa yang tercecer dan Anda tinggalkan. Begitulah, saya pernah
memposisikan diri sebagai seorang kakek yang menghibur cucunya yang sedang
resah. Di waktu lain saya menjadi (semacam) kiyai, menjadi kawan, bahkan juga
menjadi lawan. Mengapa begitu? Karena saya ingin mengisi kekosongan di
lingkungan kita. Karena tak ada orang yang mengisi posisi itu. Karena kita
sibuk berebut tulang. Ya, sekarang saya memposisikan diri menjadi pemerhati dan
teoritikus character building. Sekali
lagi, ini saya lakukan karena tak ada orang yang mengisi posisi itu. Juga –
sekali lagi – karena kita sibuk berebut tulang.
Dengan
ukuran apa pun, sebenarnya tak ada kapasitas saya untuk menjelaskan bagaimana
memikirkan pikiran, menguraikan mengenai pikiran manusia, perihal yang pelik
ini. Saya katakan pelik, karena saya yakin sangat sedikit di lingkungan kita,
bahkan mungkin tak ada orang yang mencoba meluangkan waktu
untuk merenungkan dirinya sendiri, di antaranya memikirkan
pikirannya sendiri. Kita lebih sibuk dengan faktor-faktor eksternal. Oleh
karena itu saya tidak yakin, mampukah saya menjelaskan perihal pikiran itu
dengan benar. Atau dapatkah Anda
menangkap maksud saya itu nanti. Jangan-jangan saya membuat masalah yang sudah
jelas, justru menjadi tidak jelas. Maka saya akan merasa sudah cukup senang
sekiranya paper ini menjadi bahan renungan kita bersama pada pasca seminar.
Sebab tidak mungkin kita berharap terlalu banyak dari forum seminar yang
singkat ini, sampai diperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang pikiran.
Beberapa
hal perlu saya kemukakan sebelum Anda menyimak paper ini:
1. Tulisan
ini tidak tersusun secara terstruktur. Bukan apa-apa, karena saya tidak mampu
membuat tulisan yang terstruktur. Tetapi saya justru melihat hikmah dari
ketidak-terstrukturan tulisan ini, yaitu tak ada jalan bagi Anda untuk
menyalurkan “penyakit” manghafal yang sangat saya benci itu
2. Gaya
bahasa yang saya gunakan adalah gaya bahasa pasaran, bahasanya orang awam.
Hanya dengan modal ketulusan dan keseriusan saja yang membuat tulisan ini
tersusun, meskipun tidak mempunyai kadar ilmiah seujung kuku pun
3. Anda
tidak akan bisa mengidentifikasi, apakah tulisan ini tentang pengetahuan umum
ataukah tentang agama. Bagi saya, ilmu umum (U) dan
ilmu agama
(A) itu satu hal, yaitu ilmu Addien (D).
Diungkapkan dengan persamaan kimia menjadi = U + A <==> D.
Perhatikan tanda panah bolak-balik)
4. Tulisan
ini tidak dilengkapi dengan daftar pustaka, bukan karena isinya sepenuhnya
hasil pemikiran saya, melainkan karena saya ingin memperkaya pustaka, dan bukan
pustaka yang memperkaya saya
5. Beberapa
hal pokok yang saya anggap penting, memang sengaja saya ulang-ulang pada
berbagai bagian tulisan ini. Hal itu saya lakukan semata-mata sebagai upaya
saya untuk menjelaskan sesuatu dengan berbagai cara, agar Anda tidak salah
mengerti. Semoha saja tidak membosankan.
Bagi
Anda yang tidak punya waktu banyak membaca tulisan ini sampai tuntas, baiklah
saya sampaikan pesan sentral dari tulisan ini, yaitu: kembalilah kepada agama
Anda secara menyeluruh (kaffah). Tidak peduli apakah agama Anda itu atheisme,
materialisme, rasionalisme, atau apa pun juga. Tidak penting apakah tuhan Anda
itu nafsu, syetan gundul, demit gentayangan, iblis, atau tuhan bikinan pikiran
Anda sendiri, ataukah Tuhan yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada Muhammad
SAW. Selagi Anda kaffah, Anda akan memperoleh apa yang Anda idamkan. Maha Suci
Dia, betapa Dia tidak pilih kasih[1],
bahkan orang yang durhaka sekali pun akan dikabulkan keinginannya, karena
“Agama-Ku ini untuk seluruh umat manusia”, firman-Nya. Kalau tidak demikian,
kalau kita tidak kaffah, selamanya kita akan tetap pandai tetapi bodoh
sekaligus, sholat tetapi korup, pekerja dan pemalas sekaligus, murah senyum tetapi
jahat, sedikit karya banyak tuntutan. Begitu seterusnya!.
Pada
galibnya, acara seminar seperti ini, orang diajak untuk memikirkan pemikiran
orang lain. Tetapi sekarang saya datang mengajak Anda untuk memikirkan pikiran
itu sendiri. Selamat berpikir!
–––––––––
Tidak ada komentar:
Posting Komentar